Generasi Z, sering disingkat menjadi Gen Z dan dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai Zoomers,[1][2][3] adalah orang-orang yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Sebagian besar Generasi Z adalah anak-anak dari Generasi X atau Milenial yang lebih tua. Generasi Z lahir pada awal Abad ke-21, dan menjadi generasi pertama yang tumbuh dengan akses Internet dan teknologi digital sejak usia muda.
Para peneliti dan media populer menggunakan pertengahan hingga akhir tahun 1990-an sebagai tahun awal kelahiran dan awal tahun 2010-an sebagai tahun akhir kelahiran Gen Z.[4] Hal ini memungkinkan adanya perbedaan di setiap wilayah atau negara atas pengklasifikasian rentang usia masing-masing generasi, salah satu yang menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah perkembangan teknologi di setiap negara atau wilayah yang tidak sama, yang akan berpengaruh terhadap pola hidup, mindset, pengalaman, psikologi, dan lain sebagainya pada setiap generasi. Adapun klasifikasi rentang tahun kelahiran Gen Z atau Generasi Z yang digunakan di Indonesia berawal dari tahun 1997 hingga 2012 berdasarkan data resmi yang ditetapkan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada Sensus Penduduk tahun 2020.[5][6][7]
Sebagai generasi sosial pertama yang tumbuh dengan akses ke Internet dan teknologi digital portabel sejak usia muda, Gen Z, meskipun belum melek digital, telah dijuluki "digital native" atau orang-orang yang tumbuh bersamaan dengan reformasi digital.[8][9][10][11] Selain itu, efek negatif dari menghabiskan waktu dengan layar paling terasa terjadi pada remaja, dibandingkan dengan anak-anak yang lebih kecil.[12] Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, Gen Z cenderung hidup lebih lambat dibandingkan pendahulunya ketika mereka seusia;[13][14] memiliki tingkat kehamilan remaja yang lebih rendah; dan lebih jarang mengonsumsi alkohol (tetapi belum tentu obat psikoaktif lainnya).[15][16][17] Remaja Z lebih peduli dibandingkan generasi yang lebih tua terhadap prestasi akademis dan prospek pekerjaan,[18][13] dan lebih baik dalam menunda kepuasan dibandingkan generasi tahun 1960-an, meskipun ada kekhawatiran sebaliknya.[19] Prevalensi sexting di kalangan remaja semakin meningkat; konsekuensi dari hal ini masih kurang dipahami.[20] Selain itu, budaya anak muda menjadi lebih senyap meskipun tidak hilang.[21][22]
Secara global, terdapat bukti bahwa rata-rata usia pubertas di kalangan anak perempuan telah jauh menurun dibandingkan abad ke-20, yang berdampak pada kesejahteraan dan masa depan mereka.[23][24][25][26][27] Selain itu, prevalensi alergi di kalangan remaja dan dewasa muda Gen Z lebih besar dibandingkan populasi umum;[28][29] terdapat kesadaran dan diagnosis yang lebih besar terhadap kondisi kesehatan mental,[18][17][30][31] dan kurang tidur lebih sering dilaporkan.[9][32][33] Di banyak negara, remaja Gen Z lebih mungkin didiagnosis menderita disabilitas intelektual dan gangguan kejiwaan dibandingkan generasi yang lebih tua.[34][35]
Di seluruh dunia, Gen Z menghabiskan lebih banyak waktu pada perangkat elektronik dan lebih sedikit waktu untuk membaca buku dibandingkan sebelumnya,[36][37][38] yang berdampak pada rentang perhatian,[39][40] kosakata,[41][42] prestasi akademik,[43] dan kontribusi ekonomi masa depan.[36]
Generasi Perang adalah generasi yang didefinisikan sebagai orang-orang yang lahir pada masa-masa perperangan. Ada 3 generasi perang yang umum, yaitu:
Generasi Perang Klasik adalah generasi yang didefinisikan sebagai orang-orang yang lahir pada tahun 1648 sampai dengan tahun 1860 masehi.
Generasi Perang Klasik merupakan generasi perang yang sangat ditentukan oleh kekuatan pasukan dalam bentuk jumlah prajurit, persenjataan dan keahlian, serta pengalaman dalam bertempur secara frontal berhadapan. Contoh paling sederhana dari Generasi Perang Klasik ini adalah Perang Napoleon yaitu ketika bangsa Prancis melakukan ekspansi di daratan Eropa.[44]
Generasi Perang Dunia I adalah generasi yang didefinisikan sebagai orang-orang yang lahir pada tahun 1860 sampai dengan tahun 1918 masehi.
Pada Perang Dunia I merupakan generasi yang lahir pada awal permulaan hingga berlangsungnya Perang Dunia I. Ciri dari Generasi Perang Dunia I ini ialah generasi yang menerapkan konsep perang dengan daya tembak yang terkendali secara terpusat, terperinci dan teratur bagi infantri, tank dan artileri yang menekankan pentingnya peran komandan dalam pertempuran. Doktrin yang sangat ditekankan dalam Generasi Perang Dunia I ini adalah “the artilery conquers, the cavalry as the attackers and the infantry occupies.” Selanjutnya motto yang berkembang dalam Generasi Perang Klasik dan Generasi Perang Dunia I adalah “close and destroy”.[44]
Generasi Perang Dunia II adalah generasi yang didefinisikan sebagai orang-orang yang lahir pada masa Perang Dunia II, yaitu lahir dalam rentang tahun 1939 sampai dengan tahun 1945 masehi.
Ciri Generasi Perang Dunia II ini adalah generasi yang menerapkan konsep perang dengan mengutamakan kecepatan, spontanitas, kekuatan mental serta fisik prajurit. Dalam strategi ini, kedisiplinan prajurit dalam bertempur akan menentukan hasil yang dicapai dan bukan menentukan cara bertempur. Maka pada Generasi Perang Dunia II, insiatif prajurit maupun komandan lapangan menjadi lebih penting daripada ketaatan kepada komando atas. Selanjutnya desentralisasi dan insiatif yang berasal dari Generasi Perang Dunia II memunculkan strategi baru dalam perang, yaitu interoperability strategy dalam membangun sinergitas dan komunikasi pertempuran dengan dukungan perangkat teknologi modern.[44]
Generasi Pasca Perang Dunia II adalah generasi yang didefinisikan sebagai orang-orang yang lahir pasca perang dunia II, tidak ada rentang tahun yang pasti terhadap generasi ini, pendapat umum menyatakan bahwa Generasi Pasca Perang Dunia II merupakan orang-orang yang lahir setelah Perang Dunia II berakhir. Sejak Munculnya Teori Generasi (Bahasa Inggris: Generation Theory), dunia diperkenalkan dengan beberapa istilah baru mengenai karakter dari berbagai generasi, yang dijabarkan sebagai berikut:
Generasi Era Depresi adalah generasi yang didefinisikan sebagai orang-orang yang lahir sebelum dan setelah perang dunia I dan Perang dunia II, yang mengalami depresi atau stress akibat kondisi yang terjadi pada masa tersebut. Selain itu, menurut para sosiolog, Generasi Era Depresi juga dinamakan sebagai generasi era 70-an, dimana pada masa itu merupakan sebuah era kekalahan yang mematahkan semangat ketika Generasi Baby Boomers menyadari bahwa meskipun mereka telah berusaha menemukan jati diri, melakukan yang mereka inginkan, dan mencari kesadaran batin di level yang lebih tinggi, mereka masih tak mengetahui jati diri mereka sendiri. Berbulan - bulan meditasi spiritual tampaknya tidak membangkitkan pemikiran yang mengubah hidup, gerakan perdamaian tidak menghasilkan perdamaian, dan generasi hipster telah menghilang.[45] Setelahnya, era 80-an, generasi ini menjadi lebih stabil dalam kondisi kesehariannya.
Generasi Baby Boomers adalah generasi yang lahir pasca perang dunia II, dengan rentang tahun lahir 1946–1964.
Generasi ini lahir akibat tingginya angka kelahiran pasca perang dunia II. Generasi Baby Boomer dibedakan atas dua generasi yaitu Generasi Baby Boomer I dimana generasi ini merupakan generasi awal munculnya Generasi Baby Boomer, tepatnya setelah berakhirnya Perang Dunia II dan Generasi Baby Boomer II dimana generasi ini merupakan kelanjutan dari Generasi Baby Boomer I.
Generasi Baby Boomer memiliki banyak saudara, akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak keturunan. Generasi yang adaptif, mudah menerima dan menyesuaikan diri. Dianggap sebagai orang lama yang mempunyai pengalaman hidup.[46] Generasi ini diramalkan sebagai generasi yang akan menggebrak dunia karena memiliki kemapanan dalam hal ekonomi hingga kesehatan dan gaya hidup pada usia produktif mereka.
Generasi X adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun kelahiran 1965 sampai dengan 1980.
Generasi ini terlahir pada masa gejolak dan transisi global seperti era Perang Dingin antara blok barat yang dikomandoi Amerika Serikat dan blok timur yang dikomandoi Uni Soviet, Perang Vietnam antara pasukan Vietkong yang berhaluan komunis dengan pasukan Vietnam Selatan yang dikomandoi Amerika Serikat, serta Revolusi Tenteram yang menandakan jatuhnya tembok Berlin dan bersatunya Jerman Timur dan Jerman Barat.
Tahun-tahun ketika generasi ini lahir merupakan awal dari penggunaan PC (personal computer), video games, tv kabel, dan internet. Penyimpanan datanya pun menggunakan floopy disk atau disket. MTV dan video games sangat digemari oleh orang - orang pada masa ini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Jane Deverson, sebagian dari generasi ini memiliki tingkah laku negatif seperti tidak hormat pada orang tua, mulai mengenal musik punk, dan mencoba menggunakan ganja.[46]
Xennials. Lahir antara tahun 1975-1985. Usianya saat ini yang termuda 38 tahun dan yang tertua 48 tahun. Istilah Xennials adalah paduan nama Generasi X dan Millenial untuk menggambarkan individu-individu yang lahir selama tahun puncak Generasi X / Millenial pada akhir 1970-an hingga awal 1980-an. Generasi ini disebut juga generasi mikro yang berfungsi sebagai jembatan antara ketidakpuasan Gen X dan optimisme Millennials. Gen ini mengadopsi berbagai media sosial , cenderung lebih calm down dan natural dalam menggunakan media social. Generasi Xennials memiliki dua kepribadian yaitu sinis dan kaku, namun mereka juga memiliki sikap optimistis. Xennials memanggil teman mereka melalui telepon rumah saat masa kecil dan remaja, masih merasakan sensasi mengobrol menggunakan telepon kabel. Xennials masih mengingat masa-masa transisi yang dialami dalam penggunaan berbagai fitur dari aplikasi tersebut, namun lebih mudah mengadaptasi teknologi baru.
Generasi Xennials masih menyukai bentuk tulisan tangan, peduli terhadap keseimbangan kerja dan kehidupan yakni fokus pada pekerjaan, namun memberikan batasan karena tidak ingin pekerjaan menggangu kehidupan pribadi.
Milenial atau (Generasi Y) adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun kelahiran 1981–1996.
Generasi ini disebut juga dengan sebutan generasi Y, yang sudah mengenal teknologi seperti komputer, video games, dan smartphone. Ungkapan Generasi Milenial mulai dipakai pada editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993. Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instant messaging. Mereka juga suka main game online.[46] Dalam generasi millenial terdapat banyak sekali problema seperti quarter life crisis.
Generasi Z atau Gen Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1997 sampai tahun 2012, ini rentang tahun yang digunakan di Indonesia berdasarkan Data Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS).
Hal ini memungkinkan adanya perbedaan di setiap wilayah atau negara atas pengklasifikasian rentang usia masing-masing generasi, salah satu yang menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah perkembangan teknologi di setiap negara atau wilayah yang tidak sama, yang akan berpengaruh terhadap pola hidup, mindset, pengalaman, psikologi, dan lain sebagainya pada setiap generasi. Generasi Z adalah generasi setelah Generasi Milenial, generasi ini merupakan generasi peralihan Generasi Milenial dengan teknologi yang semakin berkembang. Beberapa diantaranya merupakan keturunan dari Generasi X dan Milenial.
Disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka memiliki kesamaan dengan Generasi Milenial, tapi mereka mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel, browsing dengan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.[46]
Generasi Alfa adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 2013 hingga saat ini. Generasi ini lahir setelah Generasi Z.
Melihat dari banyaknya pimpinan. baik itu negara maupun perusahaan, generasi X masih mendominasi. Sementara itu generasi Y masih menggeliat, mencari kemapanan dalam bidang pekerjaan maupun pribadi, tidak dipungkiri beberapa sudah menjadi pimpinan sebuah perusahaan sejak usia muda. Generasi Z yang merupakan keturunan dari generasi X dan baby boomer, sekarang ini merupakan anak-anak muda yang rata-rata masih mencari jati diri, beberapa di antaranya sudah mempunyai penghasilan sendiri yang cukup besar terutama dari bidang seni.[46]
Adanya perbedaan di setiap wilayah atau negara atas pengklasifikasian rentang tahun pada masing-masing generasi, merupakan hal yang sangat wajar. Salah satu yang menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah perkembangan teknologi di setiap negara atau wilayah yang tidak sama, yang akan berpengaruh terhadap pola hidup, mindset, pengalaman, psikologi, dan lain sebagainya pada setiap generasi. Para peneliti dan media populer sering menggunakan pertengahan hingga akhir tahun 1990an sebagai tahun awal kelahiran dan awal tahun 2010an sebagai tahun akhir kelahiran untuk mendefinisikan Generasi Z.
Pada tahun 2012, ketika jurnalis Bruce Horovitz mengenalkan istilah Generasi Z, rentang umur yang digunakan masih belum jelas. Setelahnya, tahun 2014, istilah ini mulai sering dipakai usai presentasi dari agen pemasaran Sparks and Honey, dimana rentang umur yang dipakai untuk mendeskripsikan Generasi Z bermakna mereka yang lahir tahun 1995 sampai tahun 2014.[47]
Pengklasifikasian generasi yang digunakan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada Sensus Penduduk 2020 merujuk pada istilah yang digunakan oleh William H. Frey dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Analysis of Census Bureau Population Estimates (2020). Istilah Generasi Z atau Gen Z adalah orang-orang yang lahir pada tahun 1997 sampai 2012.[48]
Badan Statistik Kanada menghitung Generasi Z sebagai orang-orang yang lahir pada 1997-2012[49] berdasarkan Pew Research Center yang telah menetapkan tahun 1997 sebagai tahun awal lahirnya Generasi Z, dengan mendasarkan pada "pengalaman formatif yang berbeda", seperti perkembangan teknologi dan sosio-ekonomi baru, serta pertumbuhan dunia setelah serangan 11 September.[50] Pew belum menentukan titik akhir untuk Generasi Z, tetapi menggunakan tahun 2012 sebagai titik akhir tentatif untuk laporan tahun 2019 mereka.[51] Banyak outlet berita menggunakan tahun lahir awal 1997, sering kali mengutip Pew Research Center ini.[52] Berbagai lembaga think tank dan perusahaan analisis juga telah menetapkan tanggal mulainya pada tahun 1997,[53] begitu pula berbagai perusahaan manajemen dan konsultan.[54] Dalam laporan tahun 2022, Sensus AS menetapkan Generasi Z sebagai "generasi termuda dengan anggota dewasa (lahir 1997 hingga 2013)."[55]
Badan Statistik McCrindle Research Center di Australia menyebut Generasi Z sebagai orang-orang yang lahir pada 1996 sampai 2010.[56] lansiran media berita lainnya menggunakan tahun 1995 sebagai tahun awal kelahiran Generasi Z.[57] Psikolog Jean Twenge mendefinisikan Generasi Z sebagai "iGeneration" dengan kelompok mereka yang lahir antara tahun 1995 dan 2012.[58] Beberapa referensi juga mengatakan mereka yang lahir hingga tahun 2015 masih tergolong Generasi Z.[59]
Terlepas dari perbedaan tahun tersebut, mereka semua sepakat kalau Generasi Z adalah orang-orang yang lahir di generasi internet—generasi yang sudah menikmati keajaiban teknologi usai kelahiran internet..
The Economist menggambarkan Generasi Z sebagai generasi yang lebih berpendidikan, berpengetahuan luas, berperilaku baik, dan dapat mengendalikan stres hingga depresi dibandingkan generasi sebelumnya. Pada tahun 2016, Varkey Foundation dan Populus melakukan penelitian internasional yang meneliti sikap lebih dari 20.000 orang berusia 15 hingga 21 tahun di dua puluh negara: Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Israel, Italia, Jepang, Selandia Baru, Nigeria, Rusia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Britania Raya, dan Amerika Serikat.
Mereka menemukan bahwa remaja Gen Z secara keseluruhan merasa bahagia dengan keadaan dalam kehidupan pribadi mereka sekitar (59%). Kaum muda yang paling tidak bahagia berasal dari Korea Selatan (29%) dan Jepang dengan skor (28%), sedangkan generasi muda yang paling bahagia berasal dari Indonesia dengan skor tinggi yaitu (90%) dan Nigeria (78%).[60]
Untuk menentukan 'skor kebahagiaan' secara keseluruhan di setiap negara, para peneliti mengurangkan persentase orang yang mengatakan mereka tidak bahagia dengan persentase orang yang mengatakan mereka bahagia. Sumber kebahagiaan yang paling penting adalah kesehatan jasmani dan rohani (94%), mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga (92%), dan teman (91%). Secara umum, responden yang berusia lebih muda dan berjenis kelamin laki-laki cenderung lebih bahagia, dibandingkan perempuan.
Keyakinan agama berada di urutan terakhir dengan persentase (44%). Meskipun demikian, agama merupakan sumber utama kebahagiaan bagi generasi muda Gen Z yang berasal dari Indonesia (93%), Nigeria (86%), Turki (71%), Tiongkok, dan Brasil (keduanya 70%). Alasan utama kecemasan dan stres adalah masalah keuangan (51%) dan sekolah (46%); media sosial dan akses terhadap sumber daya dasar (seperti makanan dan air) menempati urutan teratas, keduanya mencapai 10%. Kekhawatiran terhadap pangan dan air paling serius terjadi di Tiongkok (19%), dan India (16%); generasi muda India juga lebih banyak mengalami kecemasan dan stres akibat media sosial dengan rata-rata (19%).
Adapun karakteristik dan ciri - ciri umum Generasi Z adalah.[46][61]
• Merupakan generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan maupun pribadi akan mereka akses dengan cepat dan mudah. Anggota generasi Z tidak mengenal dunia tanpa smartphone atau media sosial. Ketika iPhone dirilis pada 2007, anggota tertua dari generasi ini baru berusia 10 tahun dan anggota bungsu belum dilahirkan. Mereka mengetahui semua seluk-beluk teknologi. Bahkan, kemampuan teknologi mereka seakan merupakan bawaan sejak lahir.
• Sangat suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya lewat jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, LINE, WhatsApp, Telegram, Instagram, atau SMS. Melalui media ini mereka jadi lebih bebas berekspresi dengan apa yang dirasa dan dipikir secara spontan.
• Ketika platform seperti Facebook dan Twitter pertama kali keluar, millennial dan generasi yang lebih tua menggunakannya tanpa memikirkan dampak. Seiring waktu, mereka menyadari bahwa mengumbar hidup di mata publik dapat dengan mudah menghantui mereka. Generasi Z telah belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut dan memilih platform yang lebih bersifat privasi dan tidak permanen.
• Generasi Z dikenal lebih mandiri daripada generasi sebelumnya. Mereka tidak menunggu orang tua untuk mengajari hal-hal atau memberi tahu mereka bagaimana membuat keputusan. Apabila diterjemahkan ke tempat kerja, generasi ini berkembang untuk memilih bekerja dan belajar sendiri.
• Cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan lingkungan sekitar. Tanpa diragukan lagi, generasi Z akan menjadi generasi yang paling beragam yang memasuki lapangan kerja dalam sejarah Amerika Serikat. Mereka terdiri dari berbagai bagian dari kelompok ras atau etnis minoritas. Mereka juga dibesarkan untuk lebih menerima dan menghormati lingkungan dibanding generasi orang-orang sebelumnya.
• Terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu yang bersamaan. Misalnya membaca, berbicara, menonton, dan mendengarkan musik secara bersamaan. Hal ini karena mereka menginginkan segala sesuatu serba cepat, tidak bertele-tele dan berbelit-belit.
• Generasi Z menempatkan uang dan pekerjaan dalam daftar prioritas. Tentu saja, mereka ingin membuat perbedaan, tetapi hidup dan berkembang adalah lebih penting.
• Cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan individualis, cenderung ingin serba instan, tidak sabaran, dan tidak menghargai proses.
• Generasi Z benar-benar generasi pertama dunia digital. Smartphone dan media sosial tidak dilihat sebagai perangkat dan platform, tapi lebih pada cara hidup. Kedengarannya gila, tapi beberapa penelitian mendukung klaim ini. Sebuah studi oleh Goldman Sachs menemukan bahwa hampir setengah dari Gen Z terhubung secara online selama 10 jam sehari atau lebih. Studi lain menemukan bahwa seperlima dari Gen Z mengalami gejala negatif ketika dijauhkan dari perangkat smartphone mereka.
• Cepat merasa puas diri bukanlah sebuah kata yang mencerminkan Generasi Z. Sebanyak 75% dari Gen Z bahkan tertarik untuk memegang beberapa posisi sekaligus dalam sebuah perusahaan, jika itu bisa mempercepat karier mereka.
Sejak pertengahan abad ke-20, angka partisipasi sekolah dasar telah meningkat secara signifikan di negara-negara berkembang. Pada tahun 2019, OECD menyelesaikan penelitian yang menunjukkan bahwa meskipun belanja pendidikan meningkat 15% dibandingkan dekade sebelumnya, kinerja akademik mengalami stagnasi. Hasil dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2019 menunjukkan bahwa siswa dengan nilai tertinggi dalam matematika berasal dari negara-negara Asia dan Rusia.
Sejak awal tahun 2000-an, jumlah pelajar dari negara-negara berkembang yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri telah meningkat secara signifikan. Ini adalah masa keemasan pertumbuhan bagi banyak universitas di yang menerima mahasiswa internasional. Pada akhir tahun 2010-an, sekitar 5 juta pelajar bepergian ke luar negeri setiap tahunnya untuk mendapatkan pendidikan tinggi, dengan negara maju menjadi tujuan terpopuler dan Tiongkok sebagai sumber negara pelajar internasional terbesar.
Hasil survei kualitas pendidikan Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 menunjukkan, kemampuan literasi, matematika, dan sains siswa muda Indonesia meningkat dari 2018. Skor literasi Indonesia versi PISA 2022 naik 5 posisi dari 2018. Skor literasi membaca internasional turun 18 poin, sedangkan Indonesia hanya turun 12 poin.
Sementara itu, literasi sains Indonesia naik 6 posisi dari survei 2018. Secara internasional, literasi sains internasional turun 13 poin, sedangkan Indonesia turun 12 poin.[62]
Kemampuan membaca dan minat baca pada kalangan remaja Indonesia sangat memprihatinkan. Menurut data statistic dari United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2016, dari total 61 negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi terendah.[63]
Terutama di kalangan remaja. Banyak remaja yang belum sadar tentang pentingnya membaca. Mereka menganggap membaca adalah kegiatan yang membosankan.
Ada banyak faktor yang menyebabkan minat baca remaja di Indonesia menjadi sangat rendah. Misalnya, kebiasaan membaca tidak di tanamkan sejak dini, fasilitas Pendidikan yang belum merata dan minimnya sarana pendidikan, dan kurangnya produksi buku di Indonesia.
Selain faktor tersebut masih ada hal lain yang mempengaruhi hal ini, salah satunya yaitu remaja Indonesia lebih suka bermain game. Mereka menganggap bermain game adalah kegiatan yang menyenangkan dan tidak membosankan. Hampir semua remaja di Indonesia memiliki akun sosial media, bahkan diantara mereka memiliki lebih dari dua akun sosial media. Remaja Indonesia menghabiskan waktu luangnya dengan bermain sosial media sepanjang hari, dibandingkan membaca buku atau membaca sebuah artikel online.[64]
Banyak anak muda Indonesia sudah melupakan budaya Indonesia dan lebih menyukai budaya luar negeri, faktor kemajuan teknologi informasi adalah salah satu faktor pemicu yang membuat anak muda akan melupakan budaya mereka sendiri.
Bukan hanya itu, bahkan banyak anak muda yang menilai budaya Indonesia adalah budaya yang kuno dan tidak mengikuti zaman, padahal budaya Indonesia memiliki banyak sekali ragam.
Anak muda Indonesia saat ini lebih banyak menyukai budaya luar negeri salah satunya budaya asal Korea Selatan, banyak anak muda Indonesia menyukai bahkan mendewakan tokoh-tokoh asal Korea Selatan tersebut.
Tak jarang ada yang sampai membenci orang yang memberikan kritik kepada idol mereka. Perilaku fanatik ini membuktikan bahwa anak muda Indonesia tidak memperhatikan lagi budaya dalam negeri. Bukan hanya budaya Korea, tetapi budaya barat juga menyusupi banyak anak muda, penerapan budaya barat di terapkan pada lifestyle anak muda zaman sekarang.
Hal ini dikarenakan banyaknya pengaruh budaya yang anak muda dapatkan di internet, lembaga budaya di Indonesia harus menciptakan program-program yang mengembalikan minat anak muda akan budaya Indonesia, salah satu yang bisa dilakukan adalah mengembangkan budaya Indonesia sesuai kemajuan zaman.[65]
Secara umum, remaja dan dewasa muda sangat rentan mengalami depresi dan kecemasan akibat perubahan otak pada masa remaja. Meskipun pandemi COVID-19 telah memperburuk masalah kesehatan mental bagi orang-orang dari segala usia, peningkatan ini paling terlihat pada kelompok usia 15 hingga 24 tahun.
Data dari Jawatan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) menunjukkan bahwa antara tahun 1999 dan 2017, jumlah anak di bawah usia 16 tahun yang mengalami setidaknya satu gangguan mental meningkat dari 11,4% menjadi 13,6%.
Peneliti mewawancarai remaja yang lebih tua (berusia 17-19 tahun) untuk pertama kalinya pada tahun 2017 dan menemukan bahwa anak perempuan dua pertiga lebih mungkin mengalami gangguan mental dibandingkan anak perempuan yang lebih muda dan dua kali lebih mungkin dibandingkan anak laki-laki dari kelompok usia yang sama.[66]
Laporan UNICEF tahun 2021 menyatakan bahwa 13% dari anak usia 10 hingga 19 tahun di seluruh dunia didiagnosis mengalami gangguan kesehatan mental, sementara bunuh diri adalah penyebab kematian paling umum keempat di antara anak usia 15 hingga 19 tahun. Laporan tersebut berkomentar bahwa “gangguan terhadap rutinitas, pendidikan, rekreasi, serta kekhawatiran terhadap pendapatan keluarga, kesehatan dan peningkatan stres dan kecemasan, yang disebabkan pasca pandemi COVID-19 membuat banyak anak dan remaja merasa takut, marah dan khawatir.
Survei melakukan pengumpulan data pada 2021 dengan enumerator yang dilatih untuk melakukan wawancara terhadap remaja dan pengasuhnya.
Total ada 5.664 pasang remaja dan pengasuhnya yang mengikuti I-NAMHS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir.
Sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia mengalami gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Angka-angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja.
Adapun remaja didiagnosis menderita gangguan mental sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM-5), yang merupakan pedoman penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia dan internasional.
Gangguan mental yang paling banyak diderita remaja Indonesia adalah: Gangguan kecemasan Sosial (gabungan antara fobia sosial dan gangguan kecemasan umum) sebesar 3,7%, lalu depresi mayor sebesar (1,0%), gangguan perilaku (0,9%), dan PTSD atau Gangguan stres pasca trauma (0,5%).[67]
Kurang tidur meningkat di kalangan remaja masa kini, karena pola tidur yang buruk seperti: terganggu oleh cahaya perangkat elektronik, atau tidur sampai larut malam atau Begadang, hingga asupan kafein yang tinggi, insomnia, dan beban pekerjaan.
Konsekuensi dari kurang tidur meliputi suasana hati yang buruk, regulasi emosi yang buruk, kecemasan, depresi, peningkatan kemungkinan menyakiti diri sendiri, keinginan untuk bunuh diri, dan gangguan fungsi kognitif.
Selain itu, remaja dan dewasa muda yang lebih suka begadang cenderung memiliki tingkat kecemasan, perilaku impulsif, konsumsi alkohol, dan kebiasaan merokok yang tinggi.[68]
Di Indonesia, rata-rata anak muda hanya memiliki waktu tidur kurang dari 5 jam, jauh lebih sedikit dari rekomendasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk dewasa muda usia 18–25 tahun yaitu: 7–9 jam per hari.[69]
Sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa frekuensi rabun jauh meningkat di kalangan kaum muda, dalam 50 tahun terakhir. Dokter mata Steve Schallhorn, Dewan Penasihat Medis Internasional Optical Express, mencatat bahwa penelitian telah menunjukkan hubungan antara penggunaan perangkat ponsel secara berlebihan dan menyebabkan kelelahan mata.[70]
Menurut seorang juru bicara, kelelahan mata digital, atau sindrom penglihatan komputer , "merajalela, terutama saat kita beralih ke perangkat yang lebih kecil dan semakin pentingnya perangkat dalam kehidupan kita sehari-hari." Gejalanya meliputi mata kering dan iritasi, kelelahan, ketegangan mata, penglihatan kabur, kesulitan fokus, sakit kepala. Namun, sindrom ini tidak menyebabkan kehilangan penglihatan atau kerusakan permanen lainnya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyampaikan bahwa masih tingginya makanan tidak sehat di kalangan anak muda dan remaja Indonesia. Pertama, dari kebiasaan makan, dan gangguan kesehatan terkait gizi.
Saat ini, setiap hari, anak muda dan remaja Indonesia gemar mengonsumsi makanan berisiko. Sebanyak 50 persen anak kerap mengonsumsi makanan yang manis. Kemudian, 32 persen anak-anak dan remaja kerap mengonsumsi makanan asin.[71]
Selain itu anak muda dan remaja Indonesia, lebih gemar meminum minuman manis, dibandingkan dengan air putih. Remaja dan dewasa muda Indonesia juga kerap mengkonsumsi makanan olahan, seperti mie instan, seblak dan ayam goreng dengan terlalu sering, makanan tersebut memiliki kadar garam yang sangat tinggi.[72] Kadar garam yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah dan peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung, stroke, dan meningkatkan gagal ginjal.[73]
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 sekitar 74,93 juta orang, atau 27,94% yakni lebih dari seperempat populasi Indonesia adalah Generasi Z, yaitu anak-anak Indonesia yang lahir dari tahun 1997-2012.[74]
Rentang tahun inilah yang digunakan di Indonesia untuk menyebutkan anak-anak Gen Z.[75] Dengan demikian, sangat memungkinkan akan adanya perbedaan di setiap wilayah atau negara atas pengklasifikasian rentang tahun pada masing-masing generasi, salah satu yang menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah perkembangan teknologi di setiap negara atau wilayah yang tidak sama, yang akan berpengaruh terhadap pola hidup, mindset, pengalaman, psikologi, dan lain sebagainya pada setiap generasi.
Dalam hal ketersediaan Internet disejumlah benua, negara ataupun daerah. Hal inilah salah satu yang menjadi titik acuan paling penting dalam pengklasifikasian setiap generasi, khususnya di Indonesia, layanan Internet untuk masyarakat umum berawal pada tahun 1996, kemudian terbentuknya Badan Pengelola Internet Indonesia pada tahun 1997[76], maka di tahun inilah internet mengalami perkembangan yang signifikan. Untuk itu inilah yang menjadi salah satu sebab cocoknya awal tahun untuk generasi Z indonesia, apalagi di tahun 1998 zaman reformasi dalam hal politik pun berubah total. Jadi, setiap wilayah dalam pembagian penyebutan atau penamaan setiap generasi tidak mungkin sama.
Generasi Z sudah beranjak dewasa, mencari dan memiliki pekerjaan, melihat peralihan rezim orde baru ke rezim reformasi, dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bidang-bidang dalam kehidupan sehari-hari seperti ekonomi, politk, sosial, budaya, agama dan lainnya.[77]
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nielsen Consumer & Media View Diarsipkan 2017-10-15 di Wayback Machine. pada Q2 2016 pada Generasi Z di 11 kota Indonesia terhadap 3 media utama yang digunakan Generasi Z yaitu TV, Internet, dan Radio, didapatkan hasil survey sebagai berikut:[78]
Data Nielsen TV Audience Measurement pada periode April - Juni 2016 menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja lebih banyak menonton televisi pada waktu pagi di akhir pekan. Dalam lima tahun terakhir, Program Serial masih merupakan genre yang paling banyak ditonton oleh Generasi Z, namun peningkatan penonton terjadi untuk genre Program Anak dan Hiburan. Tahun ini anak-anak menyukai Film Televisi (disingkat: FTV), terlihat dari tingginya rating yang diperoleh beberapa judul FTV dalam periode April - Juni 2016 pada penonton usia 10 - 14 tahun ini seperti Pangeran di Kandang Bebek yang mendapatkan rating 6,6 dan Mengejar Cinta Dosen Cantik dengan rating 5,8. Penonton remaja lebih memilih tayangan yang beragam tak hanya FTV, tetapi juga program Olahraga dan Hiburan.[78]
Sebagai generasi yang terlahir pada era digital, akses internet telah menjadi kebutuhan bagi Generasi Z. Bila lima tahun lalu Warung Internet (Warnet) merupakan tempat utama bagi anak-anak (81%) dan remaja (56%) untuk mengakses internet, pada tahun ini Warnet tergantikan oleh rumah, dimana 49% anak-anak dan 62% remaja mengakses internet dari rumah mereka. Angka tersebut meningkat dari 7% pada anak-anak dan 9% pada remaja. 93% anak-anak dan 97% remaja menyatakan mereka mengakses internet melalui perangkat mobile mereka seperti smartphone atau iPad. Aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh Generasi Z dengan internet ini adalah berinteraksi melalui media sosial, menjelajah internet, bermain game dan mendengarkan musik.[78]
Meskipun Televisi dan Internet menjadi media favorit bagi Generasi Z, namun tidak sedikit dari anak-anak dan remaja yang masih mendengarkan radio. Temuan Nielsen Radio Measurement kuartal kedua tahun ini menunjukkan bahwa tingkat penetrasi Radio pada konsumen Generasi Z adalah 20% keatas, dengan tertinggi di kota Palembang dengan 98%. Dari sisi waktu mendengarkan radio, anak-anak di Surakarta menghabiskan waktu terbanyak dengan rata-rata 159 menit per hari; dan untuk remaja terbanyak di Denpasar dengan rata-rata waktu 155 menit per hari. Mereka lebih banyak mendengarkan radio melalui perangkat mobile – Remaja 39% dan Anak-anak 20% - dan lagu Pop Indonesia merupakan genre lagu yang paling disukai oleh remaja (57%) dan Anak-anak (46%).[78]
Selain itu, Generasi Z juga adalah pengunjung bioskop yang setia. Di 11 kota yang disurvei Nielsen, rata-rata anak-anak pergi ke bioskop 9 kali dalam satu tahun, dan remaja 11 kali dalam satu tahun. Dengan kata lain, hampir setiap bulan mereka pergi menonton di bioskop. Olahraga merupakan kegiatan yang paling disukai anak-anak (48%) dan remaja (44%). Kegiatan berikutnya yang paling disukai adalah menonton TV, yaitu 38% pada anak-anak dan 32% pada remaja, dan mendengarkan musik dengan 17% pada anak-anak dan 25% pada remaja. 11% anak-anak menyatakan bahwa kegiatan yang mereka sukai setelah mendengarkan musik adalah membaca buku. Sementara itu, setelah mendengarkan musik, remaja lebih suka menjelajah internet (17%).[78]
Temuan diatas menunjukkan bahwa Genersi Z masih dapat dijangkau oleh media, termasuk media tradisional. Televisi, Internet dan Radio merupakan media utama yang mereka konsumsi. Selain penetrasi TV terrestrial masih yang tertinggi (diatas 95% pada anak-anak dan remaja), penetrasi TV berbayar juga mencapai 10%. Pola konsumsi internet juga memperlihatkan peningkatan dalam lima tahun terakhir, dimana pada kuartal kedua 2016 penetrasi internet pada anak-anak adalah 45% - meningkat 13% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 – dan pada remaja adalah 81% - meningkat 29% dibandingkan dengan kuartal kedua 2011. Rata-rata remaja menghabiskan waktu lebih dari dua jam untuk mengkonsumsi internet (2 jam 29 menit) dan radio (2 jam 20 menit), sementara anak-anak menghabiskan lebih sedikit waktu dengan 1 jam 37 menit untuk internet dan 1 jam 45 menit untuk radio.[78]
Menurut Hellen Katherina, Executive Director, Head of Watch Business, Nielsen Indonesia "Gen Z adalah masa depan, karena itu penting bagi para pelaku industri untuk memahami perilaku dan kebiasaan mereka. Lahir pada era digital, Gen Z memiliki kebiasaan yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, dan bahkan pada usia yang sangat muda mereka sudah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap keputusan membeli dalam keluarga. Pemahaman mengenai perilaku dan kebiasaan mereka dalam mengkonsumsi media akan membuka peluang bagi para pemilik brand dan pemasar untuk dapat membangun hubungan jangka panjang dengan mereka."[78]
Generasi Z di Indonesia juga sering disebut sebagai Generasi Micin karena serba instan. Sebutan generasi micin ini sebenarnya adalah sebuah stereotype yang hadir dalam masyarakat untuk beberapa orang yang malas berpikir dan mudah berkeluh kesah saat diajak bekerja keras.
tirto.id - Melancong menjadi kegemaran generasi milenial, yakni mereka yang lahir di atas tahun 1980-an hingga tahun 1997. Menurut Prita Ghozie, CEO ZAP Finance, hobi melancong tidak terlepas dari slogan “You Only Live Once” atau YOLO yang membentuk gaya hidup generasi milenial.
Menurut Jason Vitug dalam buku You Only Live Once: The Roadmap to Financial Wellness and a Purposeful Life (2016), slogan YOLO menjadi ekspresi akan ketidakpastian hari esok. Slogan ini mengajarkan untuk meraih kesempatan dan hidup dengan bebas.
Akronim YOLO populer setelah Drake, penyanyi rap asal Kanada, merilis single hip hop bertajuk “The Motto” tahun 2011. Kajian Alex Leavitt berjudul "From #FollowFriday to YOLO: Exploring the Cultural Salience of Twitter" dalam buku Twitterand Society (2014) menjelaskan, YOLO merupakan moto kebudayaan anak muda Amerika mulai akhir tahun 2011 dan awal 2012.
YOLO menjadi penjelasan perilaku tidak bertanggung jawab anak muda Amerika yang ditampilkan lewat unggahan Twitter. Penggunaan moto YOLO seterusnya tidak hanya berhenti di media sosial Twitter tapi juga populer dipakai di unggahan media sosial lain, yakni Facebook. YOLO bahkan digunakan di luar dunia virtual. Ia bisa ditemukan di tengah percakapan antar-remaja di sekolah.
Menurut Leavitt, YOLO menjadi semacam carpe diem generasi anak muda saat ini. Roman Krznaric dalam Carpe Diem Regained: The Vanishing Art of Seizing the Day (2017) mengatakan kalau tagar #YOLO menjadi perwujudan moto carpe diem di media sosial. Carpe diem yang berarti “petiklah hari ini” diciptakan oleh penyair Romawi bernama Quintus Horatius Flaccus atau yang biasa dikenal dengan Horace. Ia menciptakan aforisme ini 2.000 tahun lalu, tapi carpe diem hidup dalam budaya populer hingga sekarang.
Salah satu yang paling mengesankan adalah gambaran carpe diem dalam film Dead Poets Society (1989). Film itu mengisahkan tentang kehidupan remaja di sekolah elite Welton Academy yang berubah drastis saat ada guru Bahasa Inggris baru bernama John Keating.
Keating, diperankan oleh Robin Williams, adalah sosok guru nyentrik dan memakai pendekatan yang berbeda dari guru-guru lain. Mulai dari naik ke atas meja, hingga berani menyobek halaman buku pelajaran. Pada murid-muridnya, Keating mengajarkan tentang carpe diem. Petiklah hari ini.
"Kenapa carpe diem? Karena kita adalah makanan untuk para cacing, bung. Karena, percaya atau tidak, setiap dari kita di ruangan ini, suatu hari nanti akan berhenti bernafas, tubuh jadi dingin, dan kita mati [...] carpe diem. Buatlah harimu luar biasa," kata Keating.
Pesan carpe diem yang saat ini muncul dalam slogan YOLO membawa pengaruh pada siapa pun yang mengamininya, tidak terkecuali generasi milenial. Prita Ghozie, CEO Zap Finance, perusahaan perencana finansial, kepada Tirto mengatakan kalau pola pikir YOLO berdampak pada generasi milenial Indonesia dari sisi ekonomi dan psikologis.
“Kecenderungan yang muncul adalah generasi milenial akan menjadi konsumtif dan mengutamakan pengeluaran untuk kegiatan yang sifatnya pengalaman. Contohnya travelling, experienced buying, dan lain-lain,” ujar Prita.
Experienced buyingmerupakan kegiatan membeli pengalaman yang menurut Thomas Gilovich, seorang profesor Psikologi dari Cornell University, fenomena itu mulai marak terjadi sejak tahun 2000-an awal. Melancong, menonton konser, dan melihat film di bioskop adalah contoh membeli pengalaman.
Pernyataan Prita senada dengan hasil riset kerjasama antara Rumah 123.com dan Karir.com. Penelitian itu menyebut generasi milenial Indonesia lebih mengutamakan aktivitas leisure dan traveling ketimbang memikirkan kebutuhan jangka panjang seperti membeli rumah.
Fenomena ini tidak hanya ada di Indonesia, tapi juga negara lain seperti Cina, Amerika Serikat, dan Inggris. Penelitian yang dilakukan Airbnb, perusahaan jaringan pasar daring dan penginapan rumahan asal Amerika Serikat (2016) menyebutkan melancong menjadi hal penting bagi para milenial, khususnya di Cina.
Dari 1.000 responden berumur 18 sampai 35 tahun, sebanyak 47 persen orang asal Inggris memprioritaskan melancong dibandingkan membeli rumah atau mobil juga membayar utang. Di Amerika Serikat, 55 persen responden lebih memilih menggunakan uangnya untuk pelesir. Cina menduduki peringkat paling tinggi, yakni sebanyak 71 persen orang yang mengakui aktivitas pelesir sebagai inti identitasnya.
Meski begitu, tingginya keinginan generasi milenial untuk melakukan aktivitas leisure dan melancong tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan keuangan. Penelitian berjudul Employee Financial Wellness Survey tahun 2017 yang diterbitkan PwC, lembaga akuntansi di London, memaparkan sejumlah persoalan keuangan 1.600 pekerja penuh Amerika, termasuk di dalamnya generasi milenial.
Kekhawatiran seperti tidak punya tabungan untuk membayar keperluan tidak terduga, tidak bisa pensiun sesuai waktu yang diinginkan, tidak bisa memenuhi biaya hidup per bulan, diberhentikan dari pekerjaan, tidak bisa membayar utang, kehilangan rumah, dan tidak bisa membayar biaya kuliah membayangi pekerja milenial.
Manajemen utang dan kas para pekerja tersebut juga menunjukkan problem. Sebanyak 41 persen responden milenial mengatakan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup per bulan. Hal ini membuat penggunaan kartu kredit dipilih sebagai jalan keluar. Data PwC menunjukkan 45 persen responden milenial menggunakan kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, 70 persen pekerja secara konsisten mempunyai saldo alias utang kartu kredit. Dari pengguna kartu kredit itu, 39 persen responden kesusahan untuk membayar batas minimum pembayaran tiap bulan. Stres akibat masalah keuangan pada akhirnya menempati posisi tertinggi dibandingkan masalah lain yang juga jadi penyebab stres kaum milenial seperti kesehatan, pekerjaan, dan hubungan.
Hasil studi PwC di atas mengundang tanggapan Prita. “Dikatakan bahwa 70 persen dari generasi milenial memiliki utang kartu kredit. Jika hal ini tidak segera dibenahi maka artinya selama bertahun-tahun generasi milenial terbiasa hidup di atas batas kemampuannya. Jika demikian maka berpotensi akan bangkrut di usia 40 tahun,” katanya.
Ia mengatakan apabila generasi milenial hanya memikirkan hidup seakan hanya untuk hari ini maka persoalan akan muncul ketika masa pensiun. “Apalagi jika pekerjaan tetap sudah tidak dimiliki saat masih berusia 40-an tahun maka akan sangat menyulitkan generasi milenial untuk bertahan hidup dengan baik,” imbuhnya.
Pola pikir YOLO, menurut Prita, akan berdampak pada skala prioritas. Generasi milenial ingin langsung menikmati penghasilan yang diperoleh tanpa memikirkan pengeluaran di masa depan. Padahal, penghasilan tersebut belum tentu didapatkan lagi. Karenanya, Prita menyarankan perlunya punya rencana keuangan yang tertulis supaya bisa dilakukan pengecekan atas apa yang direncanakan dan apa yang dijalankan.
“Selain itu, kita memang harus bisa berhitung tentang berapa kebutuhan dana yang diperlukan untuk memenuhi pengeluaran yang sifatnya wajib, butuh, dan ingin,” ujar Prita.
Dana darurat dan investasi adalah hal wajib bagi generasi milenial. Caranya dengan menyisihkan setidaknya 10 persen dari penghasilan untuk investasi. “Tapi, uangnya jangan dipakai dalam jangka pendek. Pakai saat sudah berusia 45 tahun ke atas,” katanya.
%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 425.28 595.32] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream /P <> BDC /GS6 gs q 429.15 0 0 596.9 0 -1.5817 cm /Image5 Do Q EMC endstream endobj 5 0 obj <> stream ÿØÿà JFIF ` ` ÿÛ C $.' ",#(7),01444'9=82<.342ÿÛ C 2!!22222222222222222222222222222222222222222222222222ÿÀ z¨" ÿÄ ÿÄ µ } !1AQa"q2�‘¡#B±ÁRÑð$3br‚ %&'()*456789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyzƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚáâãäåæçèéêñòóôõö÷øùúÿÄ ÿÄ µ w !1AQaq"2�B‘¡±Á #3RðbrÑ $4á%ñ&'()*56789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyz‚ƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚâãäåæçèéêòóôõö÷øùúÿÚ ? ã4½/O“H²w°µgh³4*I;G'Šµý‘¦Ð:Óþü/øQ¤ÈÃþ½ãÿ ÐE]¯F1VZ”b¬´)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ|«°ùWb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áGöF™ÿ @ëOûð¿áWh£•vUØ¥ý‘¦Ð:Óþü/øQý‘¦Ð:Óþü/øUÚ(å]ƒ•v)diŸô´ÿ ¿þdiŸô´ÿ ¿þvŠ9W`å]Š_Ùgý?ïÂÿ …Ùgý?ïÂÿ …]¢ŽUØ9Wb—öF™ÿ @ëOûð¿áE]¢ŽUØ9Wb–‘ÿ [ú÷�ÿ Av©iò°ÿ ¯xÿ ôWhŽÈ#² (¢¨aEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEPEG,ñ@¹–DAþÑÅ,/%ÈÍ¥ÝÀþôVìÃóÆ*ãØœ’Ý�¢¤[QþîœTúKsgò/šqÓuuûÖcÚúÿ ³Ôûz}Éö°îCE9µ¾—{�üQÇæ�Í ªÂò3ËiIýÉFü�4ÕH=˜Ôâú“ÑGZ+B‚Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( Š( ZGü�l?ëÞ?ýUÚ¥¤ÈÃþ½ãÿ ÐE]©ŽÈQÙQT0¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢Š( ¢›$‰‘‚ªŒ’Mmè>ÔüG*–ŠX-Ž—�ŽÀô.ßÀ§ÓïAÖ³©R0Z‘9¨-LHÌ—34�µÄ¨2áp1êìxQõ5Ôèß5]]VIÝ„Mÿ
tirto.id - Mark Elliot Zuckerberg telah membuktikan kesuksesannya sebagai anak Generasi Milenial dengan penghasilan miliaran dolar pada usia 23 tahun setelah mendirikan Facebook.
Ada pula Miley Cyrus, yang bersolek dengan balutan nyeleneh, berhasil mencuri panggung musik dan menyedot penonton. Sedangkan Paul Pogba menjadi ikon Milenial di lapangan hijau dan Agustus 2016 memecahkan rekor nilai transfer termahal.
Zuck, Cyrus, dan Pogba hanyalah tiga dari banyak Generasi Milenial yang sukses dan menjadi ikon masa.
“Mereka kurang ajar, mereka narsis, mereka berhak,” kata Alex Williams dalam tulisannya di The New York Times.
Tapi itu Generasi Milenial alias Generasi Y. Bagaimana generasi berikutnya: Generasi Z?
PR Newswire bersama Monster Worldwide melakukan survei pada 2016 terhadap multigenerasi di Amerika Serikat dalam kaitannya memandang karier dan pekerjaan, termasuk Generasi Z. Salah satu kesimpulannya, uang dan ambisi menjadi mesin penggerak Gen Z.
Dalam melihat pekerjaan dan karier, mayoritas Gen Z (76 persen) percaya mereka pemilik dari karier sendiri. Konsekuensinya, 49 persen dari mereka ingin berwirausaha dan memiliki bisnisnya sendiri. Padahal, angka rata-rata yang ingin berwirausaha di antara semua generasi hanya sebanyak 32 persen.
Yang menarik, jika Generasi Milenial memprioritaskan peningkatan kinerja seperti fasilitas bermain, tidur, dan penghilang stres lain harus ada di kantor, Gen Z menunjukkan gejala berbeda. Ada tiga prioritas yang dilihat oleh Gen Z di tempatnya bekerja: asuransi kesehatan (70 persen), gaji yang kompetitif (63 persen), dan bos yang respek (61 persen).
Ini sedikit agak berbeda dari kecenderungan rata-rata semua generasi yang memprioritaskan asuransi kesehatan (68 persen), gaji kompetitif (59 persen), dan respek dari bos (60 persen).
Sebanyak 58 persen Gen Z juga tergiur mendapat gaji lebih baik sehingga mau bekerja di akhir pekan. Sedangkan rata-rata 41 persen dari seluruh generasi bersedia kerja ekstra.
Bagaimana peluang Gen Z berpindah-pindah kerja?
Sebanyak 74 persen Gen Z bersedia pindah kerja jika tempat kerja baru memenuhi pilihan dan kesempatan yang lebih baik.
Ada beberapa alasan yang memengaruhi mereka pindah kerja: gajinya besar, sesuai gairah, dan terjamin.
Sebagai 'pribumi' era digital, menurut survei yang sama, teknologi mobile dan internet memungkinkan mereka lebih produktif. Mereka percaya perangkat mobile bakal terus mengubah cara berkomunikasi di kantor dan dengan klien.
Kepercayaan terhadap Perguruan Tinggi
Berdasarkan survei dari Northeastern University terhadap 1.015 responden Gen Z (16-19 tahun) di Amerika Serikat, antara 8-23 Oktober 2014, mayoritas responden cenderung yakin bahwa perguruan tinggi berperan penting menopang karier. Delapan dari 10 orang atau 81 persen responden menyatakan hal itu.
Meski sistem pendidikan sarjana di AS mengenal utang buat membiayai pendidikan, menurut survei itu, hampir dua per tiga dari mereka berkata perguruan tinggi tetap bermanfaat lebih besar dari tanggungan kuliah. Namun, Gen Z juga memandang penting soal problem perguruan tinggi. Hampir setengahnya berkata perguruan tinggi harus mengubah pendekatan karena yang ada sekarang ini tidaklah efektif.
Mereka ingin mendapatkan pengalaman lebih di ruang kuliah. Mereka menyarankan perlu ada peningkatan inovasi dari perguruan tinggi konvensional, misalnya, peningkatan dalam hal keterampilan praktis dan pengalaman kerja.
Beberapa tahun lagi, kita akan melihat bagaimana cara pandang generasi ini kelak setelah lulus sekolah dan perguruan tinggi.
tirto.id - Pendidikan
Reporter: Tony FirmanPenulis: Tony FirmanEditor: Maulida Sri Handayani
Belakangan ini, dalam kehidupan sehari-hari, kerap terdengar istilah Generasi Milenial dan Generasi Kolonial. Meski tak terlalu paham artinya dan asal usulnya namun nyatanya istilah tersebut sudah diterima dan digunakan masyarakat pada umumnya. Memperhatikan pekembangannya dalam masyarakat, Istilah ini dilatar belakangi oleh perkembangan teknologi informasi yang kian pesat dan cepat berkembang.
Seperti kita ketahui, kebanyakan orang sedang demam gadget. Ada suatu kisah tentang seorang atasan yang sudah cukup senior yang merasa kecewa dan kesal, karena sering kali memergoki salah satu karyawannya selalu sibuk dengan gadget nya. Atasanpun menegur dan karyawannya menjelaskan bahwa aplikasi di gadget justru membantu pekerjaannya. Setelah mendengarkan penjelasan Karyawannya yang tenang dan percaya diri tentang aplikasi pada gadgetnya, Atasan tersebut menyadari bahwa selama ini dirinya telah tertinggal banyak mengenai perkembangan teknologi informasi yang telah berkembang dengan begitu cepat. Dari sini juga kita bisa melihat ada generation gap atau celah generasi yang disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi. Sebagaimana oleh Badan Pusat Statistik (BPS) populasi Indonesia saat ini dikelompokan dalam 6 (enam) generasi yaitu Post Generasi Z (Post Gen Z), Generasi Z (Gen Z), Milenial, Generasi X (Gen X), Baby Boomer, dan Pre-Boomer.
Post Gen Z adalah generasi yang lahir pada 2013 dan seterusnya. Adapun Gen Z, merupakan generasi yang lahir pada 1997-2012. Mereka sekarang berusia 8-23 tahun. Sedangkan Milenial yaitu generasi yang lahir pada 1981-1996 (saat ini berusia 24-39 tahun). Selanjutnya Gen X adalah generasi yang lahir pada 1965-1980 (sekarang berusia 40-55 tahun). Kemudian Baby Boomer, yaitu generasi yang saat ini berusia 56-74 tahun (lahir 1946-1964). Lalu terakhir adalah Pre-Boomer merupakan generasi yang lahir sebelum 1945. Berarti usia mereka saat ini 75 tahun ke atas.
Berdasarkan pengelompokan tersebut, Atasan dalam kasus tadi adalah generasi Baby Boomer sedang si karyawan adalah generasi Milenial. Generasi Baby Boomers, atau umumnya manusia pada tahun ini tumbuh seusai peperangan, dimana karakteristik utamanya adalah memegang prinsip dan adat istiadat sehingga dikenal konservatif alias mempertahankan kebiasaan atau dengan kata lain “kolot” atau “kampungan”. Semua pekerjaan dan kompetensinya dikuasai melalui proses yang panjang dan dianggap sebagai suatu “sumber kekuatan” atau “source of power” dan hal ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk membuat generasi ini merubah kebiasaannya seperti halnya yang dilakukan oleh generasi di bawahnya. Sedangkan Generasi Milenial merupakan sebuah generasi yang hidup di zaman yang sedang berubah dari konvensional menjadi modern. Generasi ini cukup beruntung karena masih cukup kental merasakan budaya dan di saat bertumbuh dewasa mereka mulai menggunakan teknologi. Generasi ini merupakan generasi yang mempunyai intelegensi digital yang tinggi dan senang berkolaborasi melalui media sosial dan internet. Tentu saja kesenjangan ini tidak boleh diacuhkan karena bagaimanapun masa depan adalah milik Generasi Milenial.
Pengelompokan populasi tidak menutup kesempatan untuk terus belajar. Generasi Baby Boomer atau seringkali disebut Generasi Kolonial dalam kehidupan sehari-hari harus mau dan mulai giat mencari tahu dan belajar tentang perkembangan teknologi informasi. Hal ini tentu saja akan sangat bermanfaat untuk kemudahan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari dan memberikan manfaat untuk organisasi yang harus maju dan mengikuti perkembangan zaman.
Berbagi pengetahuan dan kolaborasi adalah kunci. Salah satunya dengan Knowledge Management. Knowledge Management atau Manajemen Pengetahuan yang mulai diperkenalkan pada tahun 1990-an merupakan suatu rangkaian alat, strategi dan metode untuk mempertahankan, menganalisa, mengorganisir, membagikan dan juga meningkatkan informasi yang terdapat di dalam suatu perusahaan dan diharapkan dengan adanya teknologi Knowledge Management yang digunakan ini harus mampu mengatasi gap antar generasi seperti yang terjadi pada ilustrasi di atas. Pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak milik Generasi Kolonial merupakan sebuah modal dalam bekerja, ditambah dengan pengetahuan dan kemampuan teknologi informasi atau digitalisasi segala pekerjaan yang dapat dieksekusi oleh Generasi Milenial dapat memudahkan segalanya. Intinya, bagaimanapun kita harus bisa mengatasi gap antar generasi tersebut dengan baik. Termasuk saling berdiskusi, mendukung dan mengajarkan untuk maju Bersama-sama. Tidak ada alasan untuk Baby Boomer atau Generasi Kolonial untuk tidak menyesuaikan diri, kecuali legowo untuk ditinggalkan.
Baby Boomer juga harus Milenial. Hal ini sangat penting untuk memastikan terjadinya perubahan estafet dari generasi ke generasi secara mulus dan positif terhadap perkembangan di organisasi kita.
Penulis: Rahmad Basuki, KPKNL Pontianak
Halo sobat CMP. Kali ini ane akan mengulas Honda Megapro dari generasi yang paling tua sampek generasi yang paling muda berikut spek2nya. Oke langsung saja cekibrot :
Honda Megapro Hiu (Old Megapro) (versi non double starter 1999-2001) (versi double starter 2002-2005).
Megapro pertama ada pada tahun 1999, megapro merupakan lanjutan dari GL Pro neotech yang masih mengandalkan mesin kaizen dengan kapasitas 156 cc. Mesin megapro dan GL Pro neotech boleh dibilang sama persis dengan perbedaan bodi yang membulat. Untuk megapro hiu mula2 tanpa dilengkapi dengan double stater, namun karena permintaan konsumen akhirnya tahun 2002 muncul honda megapro versi double starter. Berikut adalah gambar dan spesifikasi honda old megapro :
Megapro non double starter
Megapro double starter
Spek mesin: 4-stroke, OHC Cylinder: 1 Kapasitas mesin: 156,7 cc Bore x stroke: 63,5 x 49,7 mm Rasio kompresi: 9,0: 1 Max power: 13,3 hp @ 8500 rpm Max torque: 1,3 kgf.m @ 6500 rpm Pendingin: udara Fuel system: Silinder ventury karbu 24 Pengapian: CDI-DC, battery Battery/accu: 12v-4Ah Busi: ND X 24 EP-U9 / NGK DP8EA-9 Transmisi: 5-speed (1-N-2-3-4-5) Kopling: manual, tipe basah, double clutch Starter: kick
Dimensi: Panjang x lebar x tinggi: 2034 x 754 x 1062 mm Jarak sumbu roda: 1281 mm Tinggi jok: 772 mm Jarak ke tanah: 149 mm Cam chain: silent chain (rantai) Kapasitas olie mesin: 0,9 liter Kapasitas tangki: 8.0 liter Konsumsi bbm: 51,4 km per liter @ 50 km/jam Berat: 106 kg Rangka: diamond steel Suspensi: – depan: teleskopik – belakang: swing arm, double shockbreaker Ban: – depan: 2,75-18 – 42P – belakang: 3,00-18 – 47P Rem: – depan: cakram dengan double piston – belakang: drum (tromol)
Megapro primus / Megapro Advance (2006-2009).
Generasi megapro ini merupakan facelift dari megapro hiu dengan bodi yang menyambung di tengah, dan untuk kelistrikan megapro primus menggunakan CDI limiter, beda dengan generasi sebelumnya yang menggunakan CDI Unlimit, tangki berubah dengan volume yang berkurang dari versi sebelumnya. Honda megapro generasi ini sering disebut dengan megapro primus karena bintang iklannya pada saat itu adalah Primus Yustisio.
Mesin: 4-stroke, SOHC, 1 silinder Diameter x langkah: 63.5 x 49.5 mm Kapasitas mesin (volume langkah): 156.7cc (160) Perbandingan kompresi: 9.0 : 1 Pendingin: udara Max. power: 13.3 ps @ 8500 rpm Max. torsi: 1.3 kgf.m @ 6000 rpm Transmisi: 5-speed (1-N-2-3-4-5) Kopling: manual, tipe basah dan plat majemuk Battery/ accu: 12V – 5 Ah Pengapian: DC – CDI, Battery Starter: electric dan kick Busi: ND X 24 EP – U9/MGK DP8 EA-9 Tangki bbm: 13,2 liter Berat: – 126 kg, tipe SW – 127 kg, tipe CW Dimensi: Panjang x lebar x tinggi: 2034 x 754 x 1065 mm Jarak sumbu roda: 1281 mm Jarak ke tanah: 149 mm Tinggi jok: 774 mm Rangka: pola berlian (diamod style) Suspensi: – depan: teleskopik – belakang: swing arm, double shockbreaker Ban: – depan: 2.75 – 18 42P – belakang: 3.00 – 18 47P Rem: – depan: cakram hidrolik dengan piston ganda – belakang: tromol
New Megapro (2010-2013).
Tahun 2010 honda mengeluarkan New Megapro sebagai penerus dari honda megapro. Dengan keluarnya honda New Megapro maka mesin kaizen turunan GL Pro 160 cc pensiun dan dikeluarkan mesin baru dengan kode GL15R. Megapro ini merupakan perubahan 100% dari megapro generasi sebelumnya dengan desain yang fresh, Headlamp dengan model baru, tangki dilengkapi dengan shourd yang memanjang, buritan belakang dilengkapi dengan monoshock untuk kestabilan berkendara, dan velg sudah rim 17. Ini sebagai jawaban AHM untuk menepis anggapan bahwa AHM minim inovasi dan cuma ganti baju.
Mesin: 4-stroke, SOHC Kapasitas (volume langkah): 149,2cc (150) Diameter x langkah: 57,3 x 57,8 mm Perbandingan kompresi: 9,5 : 1 Max. power: 13,7 ps @ 8500 rpm Max. torsi: 1,31 kgf.m @ 6500 rpm Pendingin: udara Pengapian: DC – CDI Digital Battery/ accu: MF battery, 12 V – 5 A.h Kopling: manual, multiplate wet clutch Starter: electric dan kick Busi: NGK CPR8EA-9 / NGK CPR9EA-9 Kapasitas olie mesin: 1 liter Tangki bbm: 12,2 liter Berat: – 136 kg (tipe Spoke) – 134 kg (tipe CW) Transmisi: 5-speed (1-N-2-3-4-5) Dimensi: Panjang x lebar x tinggi: 2.050 x 757 x 1.075 mm Jarak sumbu roda: 1.313 mm Jarak ke tanah: 152 mm Rangka: Rangka: pola berlian (diamond steel) Suspensi: – depan: teleskopik – belakang: tunggal (monoshock) dapat disetel keras dan lembut Ban: – depan: 80/100 – 17 M/C 46P (tipe CW tubeless & tipe Spoke tube) – belakang: 100/90 – 17 M/C 55P (tipe CW tubeless & tipe Spoke tube) Rem: – depan: cakram hidrolik dengan piston ganda – belakang: – tromol (tipe SW) – cakram hidrolik dengan piston tunggal (tipe CW)
Megapro FI (2014-sekarang)
Pada tahun 2014 honda mengeluarkan Megapro FI dengan pengabut bahan bakar sistem fuel injeksi dan desain mengalami perubahan dengan shourd dan bodi yang lebih agresif, desain knalpot berubah, footstep diaplikasikan dengan model menggantung. Menurut spek di atas kertas powernya sedikit menurun karena untuk dapat lolos EURO 3 sehingga kelebihannya adalah ramah lingkungan.
Kapasitas mesin: 149,5 cc (150) Bore x stroke: 57,3 x 57,84 mm Rasio kompresi: 9,5 : 1 Max power: 9,8 kw (13,3 ps) @ 8500 rpm Max torque: 12,3 nm (1,25 kgf.m) @ 6500 rpm Sistem bahan bakar: Fuel Injection (FI) Kopling: manual, multiplate, wet clutch with coil spring Transmisi: 5-speed (1-N-2-3-4-5) Starter: electric dan kick Perlistrikan: Battery (accu): 12v-3,5Ah Busi: NGK CPR9EA-9 Pengapian: Full Transisterized Dimensi: Panjang x lebar x tinggi: 2052 x 742 x 1079 mm Jarak sumbu roda: 1316 mm Jarak ke tanah: 156 mm Olie mesin: 1,0 liter (penggantian periodik) Tangki bbm: 12,3 liter Berat: 135,5 kg Rangka: diamond Suspensi: – depan: telescopic – belakang: swingarm, monoshock Ban: – depan: 80/100-17 M/C 46P – belakang: 100/90-17 M/C 55P Rem: – depan: disc (cakram) hidraulik, double piston – belakang: disc (cakram) hidraulik, single piston